Sabtu, 28 Maret 2015

Epidemiologi penyakit tidak menular

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas.. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.6,7 Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.
1.2   Rumusan Masalah
1.2.1          Defenisi Surveilans Penyakit Tidak Menular (PTM)
1.2.2          Tujuan Surveilans Penyakit Tidak Menular
1.2.3          Defenisi Hipertensi
1.2.4          Penyebab Hipertensi
1.2.5          Tanda dan Gejala hipertensi
1.2.6          Tanda dan Gejala hipertensi
1.2.7          Akibat-akibat Hipertensi
1.2.8          Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi
1.2.9          Kelebihan dan Kekurangan Surveilans PTM
1.2.10      Pencegahan Hipertensi
1.2.11      Penanggulangan Hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Surveilans Penyakit Tidak Menular
Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dari penyakit menular dan meluas ke penyakit tidak menular.  Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular  merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit. Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang diderita oleh seseorang bukan disebabkan infeksi mikroorganism tetapi juga bisa terjadi karena proses degenaratif. Sistem surveilans (penyakit tidak menular/PTM) terdiri dari jaringan kerja sama dengan lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga sosial masyarakat, serta organisasi profesi yang bergerak di bidang PTM.
2.2 Tujuan Surveilans
2.2.1 Tujuan Umum Surveilans PTM
Tujuan umum surveilans PTM adalah memberikan informasi tentang kondisi penyakit tidak menular kepada para pengambil keputusan dalam perencanaan dan pertimbangan.
2.2.2 Tujuan Khusus Surveilans PTM
1. Mencari model menurunkan risiko Hipertensi
2. Menurunkan angka Hipertensi
3. Mendapatkan data dasar Hipertensi
4. Mengidentifikasi faktor risiko Hipertensi
5. Mengevaluasi system pengendalian Hipertensi

2.3 Defenisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinyatekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkankenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

2.4 Penyebab Hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
a.     Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
b.     Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :
1.   Keturunan                                        
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
 2.   Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
 3.   Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4.   Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
 5.   Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6.   Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
7.   Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8.   Kafein
Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9.   Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.
10. Kurang Olahraga
            Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

2.5 Tanda dan Gejala hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a.     Sebagian besar tidak ada gejala.
b.     Sakit pada bagian belakang kepala.
c.     Leher terasa kaku.
d.     Kelelahan.
e.     Mual.
f.      Sesak napas.
g.     Gelisah.
h.     Muntah.
i.      Mudah tersinggung.
j.      Sukar tidur.       
k.   Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal

Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan darah.

2.6 Akibat-akibat Hipertensi
Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi :
1.   Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
2.   Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan menyebabkan kematian yang mendadak.
3.   Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada ginjal.
4.   Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

2.7 Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi
1.      Identifikasi Penyakit Hipertensi
Faktor risiko ialah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara statistic berhubungan dengan peningkatan insidensi suatu penyakit. Factor risiko penyakit hipertensi antara lain :
a.    Faktor risiko tidak dapat diubah: faktor  umur, genetik, gender, dan ras. 
b. Faktor risiko dapat diubah: kebiasaan merokok, latihan olah raga, berat badan   berlebih, pola makan, stress, konsumsi alkohol, dan kondisi penyakit lain.
2.      Perencanaan pengumpulan data
a.  Menentukan tujuan survailens
Memberikan informasi tentang kondisi hipertensi kepada para pengambil keputusan dalam perencanaan dan pertimbangan
b.   Tetapkan definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
c.   Tentukan sumber data
Sumber data yaitu laporan puskemas dan laporan RS jumlah penderita hipertensi
d.   Tentukan instrumen
Instrumennya yaitu manual dan elektronik
e.    Bagaimana sistem
Sistemnya yaitu menunggu laporan rutin jumlah penderita hipertensi dan diambil rutin ke bawah
f.   Tentukan indikator
Indikator faktor risiko penyakit(RR dan OR), indikator program (input. Proses, output dan outcome), indikator morbidity, mortality, disability, indikator hasil pemeriksaan tekanan darah
3.      Pengolahan dan penyajian data 
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain .
4.      Analisis dan interpretasi data
Data jumlah penderita hipertensi yang telah terkumpul di dianalisis dengan melihat korelasional selanjutnya dibandingkan dengan standar atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah di analisis lalu di intepretasikan untuk mempermudah pembaca mengerti hasil penelitian.
5.      Diseminasi dan advokasi
Setelah data dianalisis dan di interpretasi, Maka data jumlah penderita hipertensi tersebut disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan untuk membantu dalam penanggulangan hipertensi ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam program pencegahan hipertensi. Cara penyebar luasan tersebut dengan membuat suatu laporan yang digunakan untuk rekomendasi kepada pihak yang bertanggung  jawab seperti Bupati, Walikota dan DPRD.
6.      Evaluasi
Program surveilans hipertensi sebaiknya dinilai secara periodik untuk mengevaluasi manfaatnya. Apabila kegiatan surveilans yang dilakukan memberikan dampak yang positif berarti  kegiatan surveilans yang dilakukan berhasil.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan Surveilans PTM
2.9.1 Kelebihan Surveilans PTM
1.     Menyajikan data berupa prevalensi penyakit hipertensi di setiap provinsi.
2.    Dilakukan analisis multivariat sehingga dapat diketahui proporsi responden.
3.  Menunjukkan Nilai Prediktif Positif misalnya pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi.
4.   Merencanakan program perencanaan dan penanggulangan penyakit hipertensi dengan baik, melalui strategi dan peranan masing-masing unit kerja.
5. Kegiatan epidemiologi dilakukan melalui pendekatan beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi, misalnya faktor keturunan, stres, usia, jenis kelamin dan lain-lain.
6.    Melakukan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific)
2.9.2 Kekurangan Surveilans PTM
1. Belum adanya pedoman yang berlaku secara nasional bagi penatalaksanaan Hipertensi, maka perlu disusun buku Pedoman Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
2. Terlalu banyak faktor resiko yang dapat memicu hipertensi sehingga membutuhkan waktu yang lama dan sumber referensi yang akurat dalam menganalisa hubungan antar faktor dengan hipertensi.
3.  Berdasarkan pola konsumsi sayur-buah, nampak tidak ada perbedaan proporsi asupan sayur-buah yang berarti antara kelompok hipertensi dan kelompok kontrol, sehingga risiko hipertensi yang ditemukan tidak bermakna.
4.    Berdasarkan analisis lanjut masih banyak masyarakat penderita hipertensi yang belum terjangkau pelayanan kesehatan sehingga masih sedikit masyarakat yang minum obat hipertensi.
5.    Perlunya program peningkatan deteksi dini di masyarakat dan peningkatan sarana pengobatan hipertensi di Puskesmas.
2.9 Pencegahan Hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi dengan cara :
a.     Memeriksa tekanan darah secara teratur.
b.     Menjaga berat badan ideal.
c.     Mengurangi konsumsi garam.
d.     Jangan merokok.
e.     Berolahraga secara teratur.
f.      Hidup secara teratur.
g.     Mengurangi stress.
h.    Jangan terburu-buru.
i.      Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
·           Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
·           Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat  badan.
·           Kurangi konsumsi alkohol.
·           Konsumsi minyak ikan.
·           Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
·           Pola makanam yamg sehat.
·           Mengurangi garam dan  natrium di diet anda.
·           Fisik aktif.
·           Mengurangi Akohol intake.
·           Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
·           Pengontrolan darah secara rutin.
·           Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.10 Penanggulangan Hipertensi
Faktor dominan yang menyebabkan hipertensi adalah pola makan dan aktivitas tubuh. Akibat dua hal seiring bertambahnya usia semakin meningkatkan resiko kemunculan penyakit. Pengendalian hipertensi antara lain yaitu:

1. Diet rendah garam, kolesterol, dan lemak jenuh. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal.
2. Behenti merokok dan alkohol
3. Latihan fisik secara teratur
4. Menghindari stres. Buatlah suasana yang menenangkan dan lakukan relaksasi-relaksasi rutin setiap hari. Hal ini penting untuk memberi efek ketenangan yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
5. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Penting melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat sekitar 30 menit sebanyak beberapa kali dalam sepekan.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007,  jumlah penderita hipertensi penduduk Indonesia yaitu 224.743 jiwa (34,9%) dari 643,400 jiwa.


Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 Resiko hipertensi menurut faktor sosio-demografi
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada kelompok hipertensi dibandingkan kontrol. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia >75 tahun berisiko 11,53 kali. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki pada kelompok hipertensi lebih tinggi dibanding kontrol dan laki-laki secara bermakna berisiko  hipertensi 1,25 kali daripada perempuan. Berdasarkan jenjang pendidikan, analisis multivariat mendapatkan responden yang tidak bersekolah secara bermakna berisiko 1,61 kali terkena hipertensi dibandingkan yang lulus perguruan tinggi, dan risiko tersebut menurun sesuai dengan peningkatan tingkat pendidikan. Sementara berdasarkan pekerjaan, proporsi responden yang tidak bekerja dan Petani/Nelayan/Buruh, ditemukan lebih tinggi pada kelompok hipertensi dibanding kontrol. Proporsi hipertensi terendah ditemukan pada responden yang bersekolah dan responden yang tidak bekerja mempunyai risiko 1,42 kali terkena hipertensi dibandingkan responden yang bersekolah. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi responden yang tinggal di desa lebih tinggi pada kelompok hipertensi daripada kontrol. Namun hasil analisis multivariat menunjukkan tidak ada perbedaan risiko hipertensi yang bermakna. Sementara dilihat dari status ekonomi, tidak ada perbedaan proporsi yang berarti antara kelompok hipertensi dan kontrol.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 Resiko hipertensi menurut faktor risiko Perilaku
Besarnya risiko faktor perilaku selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan perilaku merokok, proporsi responden yang dulu pernah merokok setiap hari pada kelompok hipertensi ditemukan lebih tinggi (4,9%) daripada kelompok kontrol (2,6%), dan risiko perilaku pernah merokok ini secara bermakna ditemukan sebesar 1,11 kali dibandingkan yang tidak pernah merokok. Berdasarkan perilaku konsumsi alkohol, proporsi mengonsumsi alkohol 1 bulan terakhir ditemukan lebih tinggi pada kelompok hipertensi (4,0%) daripada kontrol (1,8%). Risiko hipertensi bagi mereka yang mengonsumsi alkohol 1 bulan terakhir ditemukan bermakna, yaitu sebesar 1,12 kali. Berdasarkan pola konsumsi sayur-buah, nampak tidak ada perbedaan proporsi asupan sayur-buah yang berarti antara kelompok hipertensi dan kelompok kontrol, dan risiko hipertensi yang ditemukan tidak bermakna (Tabel 3). Risiko hipertensi juga ditemukan tidak berbeda bermakna menurut konsumsi makanan manis, makanan asin, maupun makanan yang berlemak. Pola konsumsi yang ditemukan meningkatkan risiko hipertensi secara bermakna adalah konsumsi minuman berkafein >1 kali/hari, yaitu 1,1 kali dibanding yang minum < 3 kali/bulan.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 Resiko hipertensi menurut faktor fisik dan riwayat

Berdasarkan status gizi, proporsi responden yang obese dan kegemukan lebih tinggi pada kelompok hipertensi daripada kontrol. Secara bermakna, besarnya risiko hipertensi pada kelompok obesitas meningkat 2,79 kali, gemuk 2,15 kali, dan normal 1,44 kali dibandingkan mereka yang kurus. Obesitas abdominal juga mempunyai risiko hipertensi secara bermakna (OR 1,40). Kelompok yang mengalami stres mempunyai proporsi lebih tinggi (11,7%) pada kelompok hipertensi dibandingkan pada kontrol (10,0%). Demikian halnya proporsi responden yang mempunyai riwayat penyakit jantung, dan riwayat penyakit diabetes melitus lebih tinggi pada kelompok hipertensi daripada kontrol, namun tidak ada peningkatan risiko yang bermakna.

Angka kejadian Hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin

Semakin bertambahnya usia, angka kejadian hipertensi semakin meningkat. Pada usia 20-34 tahun angka kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 11,1%, sedangkan wanita sebesar 6,8%. Pada usia 35-44 tahun angka kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 25,1 %, sedangkan wanita sebesar 19,0%. Pada usia 45-54 tahun angka kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 37,1%, sedangkan wanita sebesar 35,2%. Pada usia 55-64 tahun angka kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 54,0%, sedangkan wanita sebesar 53,3%. Pada usia 65-74 tahun angka kejadian hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 64,0%, sedangkan pria sebesar 69,3%. Pada usia di atas 75 tahun angka kejadian hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 66,7%, sedangkan pria sebesar 78,5%. 



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·         Penyakit Darah Tinggi atau Hipertensi, adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di Dunia saat ini.  
·         Usia merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja.
·         Penyebab utama terjadi hipertensi dipengaruhi oleh kandungan lemak yang berlebih dalam darah, serta konsumsi garam yang berlebihan, gaya hidup, dll.
·         Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan perbaikan prilaku hidup sehat dengan diet rendah garam, tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, serta  olahraga secara teratur.

3.2 Saran
     Penanganan penyakit Hipertensi agar kiranya dapat benar-benar ditangani secara serius, sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit Hipertensi. Juga perlu adanya penyuluhan yang lebih responsible tentang pentingnya kontrol kadar kolesterol darah di setiap individu yang mempunyai faktor risiko.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar