BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi
demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi
penyakit degeneratif yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan
mortalitas.. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73%
kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling
merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius
saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di
Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila
penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat
menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena
serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension
(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3
juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.6,7 Di Indonesia masalah
hipertensi cenderung meningkat.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Defenisi
Surveilans Penyakit Tidak Menular (PTM)
1.2.2
Tujuan
Surveilans Penyakit Tidak Menular
1.2.3
Defenisi
Hipertensi
1.2.4
Penyebab Hipertensi
1.2.5
Tanda dan
Gejala hipertensi
1.2.6
Tanda dan
Gejala hipertensi
1.2.7
Akibat-akibat Hipertensi
1.2.8
Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi
1.2.9
Kelebihan dan
Kekurangan Surveilans PTM
1.2.10 Pencegahan Hipertensi
1.2.11 Penanggulangan Hipertensi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Surveilans Penyakit
Tidak Menular
Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dari penyakit menular
dan meluas ke penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi penyakit
tidak menular merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit. Penyakit
tidak menular (PTM) adalah penyakit yang diderita oleh seseorang bukan
disebabkan infeksi mikroorganism tetapi juga bisa terjadi karena proses
degenaratif. Sistem surveilans (penyakit tidak menular/PTM) terdiri dari
jaringan kerja sama dengan lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga
sosial masyarakat, serta organisasi profesi yang bergerak di bidang PTM.
2.2 Tujuan Surveilans
2.2.1 Tujuan Umum Surveilans PTM
Tujuan umum surveilans PTM adalah memberikan informasi tentang
kondisi penyakit tidak menular kepada para pengambil keputusan dalam
perencanaan dan pertimbangan.
2.2.2 Tujuan Khusus Surveilans PTM
1. Mencari model menurunkan risiko Hipertensi
2. Menurunkan angka Hipertensi
3. Mendapatkan data dasar Hipertensi
4. Mengidentifikasi faktor risiko Hipertensi
5. Mengevaluasi system pengendalian Hipertensi
2.3 Defenisi Hipertensi
Hipertensi
atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan
menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Hiper artinya
Berlebihan, Tensi artinyatekanan/tegangan; jadi, hipertensi
adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkankenaikan tekanan darah
diatas nilai normal.
Tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari.
2.4
Penyebab Hipertensi
Ada 2
macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
a. Hipertensi
esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Ada
10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
b. Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi
jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa
penyebab hipertensi, antara lain :
1.
Keturunan
Faktor
ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara
yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah
tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi
lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah
tekanan darah tinggi.
2.
Usia
Faktor
ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah
tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang
normal.
3. Garam
Faktor
ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat
pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4.
Kolesterol
Faktor
ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda,
dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini
dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
5.
Obesitas/Kegemukan
Faktor
ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen
berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah
tinggi.
6.
Stres
Faktor
ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.
7.
Rokok
Faktor
ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8.
Kafein
Faktor
ini dikendalikan. Kafein yang terdapat
pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
9.
Alkohol
Faktor
ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan
tekanan darah tinggi.
10.
Kurang Olahraga
Faktor
ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan
darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda
menderita tekanan darah tinggi.
2.5 Tanda dan
Gejala hipertensi
Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a. Sebagian
besar tidak ada gejala.
b. Sakit
pada bagian belakang kepala.
c. Leher
terasa kaku.
d. Kelelahan.
e. Mual.
f. Sesak
napas.
g. Gelisah.
h. Muntah.
i. Mudah
tersinggung.
j. Sukar
tidur.
k. Pandangan jadi kabur
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal
Keluhan
tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi. Sering
juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah tersinggung dan
sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah
yang normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya
dengan mengukur tekanan darah.
2.6
Akibat-akibat Hipertensi
Komplikasi/bahaya
yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi :
1. Pada mata : penyempitan
pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol dapat mengakibatkan
retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
2. Pada jantung : jika
terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat menyebabkan sakit
lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan menyebabkan kematian
yang mendadak.
3. Pada ginjal : suplai
darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi penumpukan produk sampah
yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada ginjal.
4. Pada otak : jika aliran
darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).
2.7
Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi
1. Identifikasi
Penyakit Hipertensi
Faktor
risiko ialah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara statistic
berhubungan dengan peningkatan insidensi suatu penyakit. Factor risiko penyakit
hipertensi antara lain :
a. Faktor risiko tidak dapat diubah: faktor
umur, genetik, gender, dan ras.
b. Faktor
risiko dapat diubah: kebiasaan merokok, latihan olah raga, berat
badan berlebih, pola makan, stress, konsumsi alkohol, dan kondisi
penyakit lain.
2. Perencanaan
pengumpulan data
a. Menentukan tujuan survailens
Memberikan
informasi tentang kondisi hipertensi kepada para pengambil keputusan dalam
perencanaan dan pertimbangan
b. Tetapkan
definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg.
c.
Tentukan sumber data
Sumber
data yaitu laporan puskemas dan laporan RS jumlah penderita hipertensi
d.
Tentukan instrumen
Instrumennya
yaitu manual dan elektronik
e. Bagaimana
sistem
Sistemnya
yaitu menunggu laporan rutin jumlah penderita hipertensi dan diambil rutin ke
bawah
f. Tentukan
indikator
Indikator
faktor risiko penyakit(RR dan OR), indikator program (input. Proses, output dan
outcome), indikator morbidity, mortality, disability, indikator hasil
pemeriksaan tekanan darah
3.
Pengolahan dan penyajian data
Data
yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data
diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS,
lotus, excel dan lain-lain .
4. Analisis dan
interpretasi data
Data jumlah penderita hipertensi yang telah terkumpul di
dianalisis dengan melihat korelasional selanjutnya dibandingkan dengan standar
atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah di analisis lalu di
intepretasikan untuk mempermudah pembaca mengerti hasil penelitian.
5. Diseminasi
dan advokasi
Setelah
data dianalisis dan di interpretasi, Maka data jumlah penderita hipertensi
tersebut disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan untuk membantu dalam
penanggulangan hipertensi ini. Penyebarluasan informasi ini harus mudah
dimengerti dan dimanfaatkan dalam program pencegahan hipertensi. Cara penyebar
luasan tersebut dengan membuat suatu laporan yang digunakan untuk rekomendasi
kepada pihak yang bertanggung jawab seperti Bupati, Walikota dan DPRD.
6. Evaluasi
Program surveilans hipertensi sebaiknya dinilai secara
periodik untuk mengevaluasi manfaatnya. Apabila kegiatan surveilans yang
dilakukan memberikan dampak yang positif berarti kegiatan surveilans yang
dilakukan berhasil.
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Surveilans PTM
2.9.1 Kelebihan Surveilans PTM
1. Menyajikan data berupa prevalensi
penyakit hipertensi di setiap provinsi.
2. Dilakukan analisis multivariat
sehingga dapat diketahui proporsi responden.
3. Menunjukkan Nilai Prediktif
Positif misalnya pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di
dunia menderita Hipertensi.
4. Merencanakan program perencanaan
dan penanggulangan penyakit hipertensi dengan baik, melalui strategi dan
peranan masing-masing unit kerja.
5. Kegiatan epidemiologi dilakukan melalui pendekatan beberapa faktor
yang mempengaruhi hipertensi, misalnya faktor keturunan, stres, usia,
jenis kelamin dan lain-lain.
6. Melakukan inovasi program
sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area
specific)
2.9.2 Kekurangan Surveilans PTM
1. Belum adanya pedoman yang berlaku secara nasional bagi
penatalaksanaan Hipertensi, maka perlu disusun buku Pedoman Penemuan dan
Tatalaksana Hipertensi.
2. Terlalu banyak faktor resiko yang dapat memicu hipertensi sehingga
membutuhkan waktu yang lama dan sumber referensi yang akurat dalam menganalisa
hubungan antar faktor dengan hipertensi.
3. Berdasarkan pola konsumsi
sayur-buah, nampak tidak ada perbedaan proporsi asupan sayur-buah yang berarti
antara kelompok hipertensi dan kelompok kontrol, sehingga risiko hipertensi
yang ditemukan tidak bermakna.
4. Berdasarkan analisis lanjut masih
banyak masyarakat penderita hipertensi yang belum terjangkau pelayanan
kesehatan sehingga masih sedikit masyarakat yang minum obat hipertensi.
5. Perlunya program peningkatan
deteksi dini di masyarakat dan peningkatan sarana pengobatan hipertensi di
Puskesmas.
2.9
Pencegahan Hipertensi
Resiko
seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi
dengan cara :
a. Memeriksa
tekanan darah secara teratur.
b. Menjaga
berat badan ideal.
c. Mengurangi
konsumsi garam.
d. Jangan
merokok.
e. Berolahraga
secara teratur.
f. Hidup
secara teratur.
g. Mengurangi
stress.
h. Jangan
terburu-buru.
i. Menghindari
makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
· Tidur
yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
· Kurangi
makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi
berat badan.
· Kurangi
konsumsi alkohol.
· Konsumsi
minyak ikan.
· Suplai
kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga
cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
· Pola
makanam yamg sehat.
· Mengurangi
garam dan natrium di diet anda.
· Fisik
aktif.
· Mengurangi
Akohol intake.
· Berhenti
merokok.
Pencegahan Tersier
· Pengontrolan
darah secara rutin.
· Olahraga
dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.
2.10
Penanggulangan Hipertensi
Faktor
dominan yang menyebabkan hipertensi adalah pola makan dan aktivitas tubuh.
Akibat dua hal seiring bertambahnya usia semakin meningkatkan resiko kemunculan
penyakit. Pengendalian hipertensi antara lain yaitu:
1. Diet rendah garam, kolesterol, dan
lemak jenuh. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan
kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis
akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak
dipakai sebagai pengobatan tunggal.
2. Behenti merokok dan alkohol
3. Latihan fisik secara teratur
4. Menghindari stres. Buatlah suasana
yang menenangkan dan lakukan relaksasi-relaksasi rutin setiap hari. Hal ini
penting untuk memberi efek ketenangan yang dapat mengontrol sistem saraf
sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
5. Memperbaiki gaya hidup yang kurang
sehat. Penting melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat
sekitar 30 menit sebanyak beberapa kali dalam sepekan.
Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2007, jumlah penderita hipertensi penduduk Indonesia yaitu 224.743
jiwa (34,9%) dari 643,400 jiwa.
Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2007 Resiko hipertensi menurut faktor sosio-demografi
Pada tabel di atas dapat
dilihat bahwa proporsi kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih
tinggi pada kelompok hipertensi dibandingkan kontrol. Kelompok usia 25-34 tahun
mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko
hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok
usia >75 tahun berisiko 11,53 kali. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi
laki-laki pada kelompok hipertensi lebih tinggi dibanding kontrol dan laki-laki
secara bermakna berisiko hipertensi 1,25 kali daripada perempuan.
Berdasarkan jenjang pendidikan, analisis multivariat mendapatkan responden yang
tidak bersekolah secara bermakna berisiko 1,61 kali terkena hipertensi
dibandingkan yang lulus perguruan tinggi, dan risiko tersebut menurun sesuai
dengan peningkatan tingkat pendidikan. Sementara berdasarkan pekerjaan,
proporsi responden yang tidak bekerja dan Petani/Nelayan/Buruh, ditemukan lebih
tinggi pada kelompok hipertensi dibanding kontrol. Proporsi hipertensi terendah
ditemukan pada responden yang bersekolah dan responden yang tidak bekerja
mempunyai risiko 1,42 kali terkena hipertensi dibandingkan responden yang
bersekolah. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi responden yang tinggal di desa
lebih tinggi pada kelompok hipertensi daripada kontrol. Namun hasil analisis
multivariat menunjukkan tidak ada perbedaan risiko hipertensi yang bermakna.
Sementara dilihat dari status ekonomi, tidak ada perbedaan proporsi yang
berarti antara kelompok hipertensi dan kontrol.
Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2007 Resiko hipertensi menurut faktor risiko Perilaku
Besarnya risiko faktor
perilaku selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan perilaku
merokok, proporsi responden yang dulu pernah merokok setiap hari pada kelompok
hipertensi ditemukan lebih tinggi (4,9%) daripada kelompok kontrol (2,6%), dan
risiko perilaku pernah merokok ini secara bermakna ditemukan sebesar 1,11 kali
dibandingkan yang tidak pernah merokok. Berdasarkan perilaku konsumsi alkohol,
proporsi mengonsumsi alkohol 1 bulan terakhir ditemukan lebih tinggi pada
kelompok hipertensi (4,0%) daripada kontrol (1,8%). Risiko hipertensi bagi
mereka yang mengonsumsi alkohol 1 bulan terakhir ditemukan bermakna, yaitu
sebesar 1,12 kali. Berdasarkan pola konsumsi sayur-buah, nampak tidak ada
perbedaan proporsi asupan sayur-buah yang berarti antara kelompok hipertensi
dan kelompok kontrol, dan risiko hipertensi yang ditemukan tidak bermakna
(Tabel 3). Risiko hipertensi juga ditemukan tidak berbeda bermakna menurut
konsumsi makanan manis, makanan asin, maupun makanan yang berlemak. Pola
konsumsi yang ditemukan meningkatkan risiko hipertensi secara bermakna adalah
konsumsi minuman berkafein >1 kali/hari, yaitu 1,1 kali dibanding yang minum
< 3 kali/bulan.
Berdasarkan data Riskesdas tahun
2007 Resiko hipertensi menurut faktor fisik dan riwayat
Berdasarkan status gizi,
proporsi responden yang obese dan kegemukan lebih tinggi pada kelompok
hipertensi daripada kontrol. Secara bermakna, besarnya risiko hipertensi pada
kelompok obesitas meningkat 2,79 kali, gemuk 2,15 kali, dan normal 1,44 kali
dibandingkan mereka yang kurus. Obesitas abdominal juga mempunyai risiko
hipertensi secara bermakna (OR 1,40). Kelompok yang mengalami stres mempunyai
proporsi lebih tinggi (11,7%) pada kelompok hipertensi dibandingkan pada
kontrol (10,0%). Demikian halnya proporsi responden yang mempunyai riwayat
penyakit jantung, dan riwayat penyakit diabetes melitus lebih tinggi pada
kelompok hipertensi daripada kontrol, namun tidak ada peningkatan risiko yang bermakna.
Angka
kejadian Hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin
Semakin bertambahnya usia,
angka kejadian hipertensi semakin meningkat. Pada usia 20-34 tahun angka
kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 11,1%,
sedangkan wanita sebesar 6,8%. Pada usia 35-44 tahun angka kejadian hipertensi
pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 25,1 %, sedangkan wanita
sebesar 19,0%. Pada usia 45-54 tahun angka kejadian hipertensi pada pria lebih
tinggi dibandingkan wanita yaitu 37,1%, sedangkan wanita sebesar 35,2%. Pada
usia 55-64 tahun angka kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dibandingkan
wanita yaitu 54,0%, sedangkan wanita sebesar 53,3%. Pada usia 65-74 tahun angka
kejadian hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 64,0%,
sedangkan pria sebesar 69,3%. Pada usia di atas 75 tahun angka kejadian
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu 66,7%, sedangkan
pria sebesar 78,5%.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Penyakit
Darah Tinggi atau Hipertensi, adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling
dahsyat di Dunia saat ini.
·
Usia
merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa
penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja.
·
Penyebab
utama terjadi hipertensi dipengaruhi oleh kandungan lemak yang berlebih dalam
darah, serta konsumsi garam yang berlebihan, gaya hidup, dll.
·
Penanggulangan
hipertensi dapat dilakukan dengan perbaikan prilaku hidup sehat dengan diet rendah
garam, tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, serta olahraga secara teratur.
3.2 Saran
Penanganan penyakit
Hipertensi agar kiranya dapat benar-benar ditangani secara serius, sehingga
dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit Hipertensi. Juga perlu adanya
penyuluhan yang lebih responsible tentang pentingnya kontrol kadar kolesterol
darah di setiap individu yang mempunyai faktor risiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar