KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah, serta karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Epidemiologi
Bencana Alam”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada
junjungan habibbana wanabiyyana Muhammad saw, yang insya Allah akan diberikan
syafa’at kapada kita semua di Yaumil qiyamah nanti. Amiin.
Makalah ini kami susun guna memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “Epidemiologi
Bencana dan Dampaknya”. Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa kami
ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, terutama kepada para dosen mata kuliah tersebut. Kami
menyadari dengan segenap hati bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah kami yang akan datang. Demikian atas perhatianya kami
ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfa’at bagi kita semua.
Banda Aceh, 01 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana Alam di Indonesia 10 Tahun Terakhir, Indonesia
merupakan negara dengan intensitas bencana yang cukup tinggi. Bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia di antaranya seperti gempa bumi, tsunami, letusan
gunung berapi, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, dan lain-lain.
Sekitar 13 % gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi
menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda.
Sejak tsunami Aceh 26 Desember 2004, silih
berganti bencana terjadi di wilayah Indonesia mulai dari banjir, gempa bumi,
tanah longsor, dan angin puting beliung. Salah satu disiplin ilmu yang memiliki
banyak peran dalam penanggulangan bencana adalah epidemiologi. Sejak saat
itu, studi-studi epidemiologi mengenai bencana alam (disaster epidemiology)
mulai berkembang di Indonesia. sementara di Jepang dan Amerika Serikat yang
juga kerap dilanda bencana alam, pendekatan sains dalam mengatasi bencana sudah
lama berlangsung. Wilayah perhatian epidemiologi bencana adalah invesitigasi
wabah, pemetaan masalah kesehatan, dan pencarian solusi untuk peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat di daerah bencana serta para pengungsi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakan yang dimaksud bencana alam?
1.2.2
Apa saja macam-macam bencana alam?
1.2.3
Bagaimana cara penanggulangan bencana alam?
1.2.4
Apa saja dampak yang terjadi akibat bencana alam?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian bencana alam.
1.3.2
Untuk mengetahui macam-macam bencana alam.
1.3.3
Untuk mengetahui cara mengatasi bencana alam.
1.3.4
Untuk mengetahui dampak akibat bencana alam.
BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Defenisi Bencana Alam
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
2.2 Macam-macam Bencana
Alam
2.2.1 Defenisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang
bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas
gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar
samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama
sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang
ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi.
Seperti,Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 Gempa
ini terjadi dengan kekuatan 7,6
SR di lepas pantai Sumatera Barat, pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September
2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut
Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera
Barta.
Menurut data Satkorlak PB, banyaknya 6.234
orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten diSumatera
Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban
hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang,
& 78.604 rumah rusak ringan.
Tsunami 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam,
Nias, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami mencapai 35
meter karena gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India
(2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan
kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang
(Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan
Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Menurut Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara mencapai 127.672 orang.
Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang
sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000
orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di
Indonesia. Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatera Utara menurut Kementerian Sosial RI (11/1/2005) adalah
105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami
diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita
Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak
124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan
Sumatera Utara
Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa
peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, yaitu akibat bencana
gempa dan tsunami terhadap lingkungan :
a. Longsor
Gempa
bumi adalah getaran yang ditimbulkan karena adanya gerakan endogen. Hentakan
gempa dan bergoyangnya tanah menyebabkan keluarnya tanah dan massa batuan
yang menyebabkan tanah longsor, lumpur, dan longsornya batuan di atasnya. Semua
ini mendorong terjadinya kerusakan dan kerugian pada kehidupan di muka bumi
ini.
b.
Kerusakan bangunan
Gelombang
pada gempa bumi menyebabkan lapisan tanah bergerak, menggoyangkan bangunann
gedung dan menyebabkan kontruksi bangunan menjadi tidak kokoh atau kerangka
bangunan menjadi lemah, bahkan sebagian atau keseluruhan bangunan menjadi
runtuh. Bergoyangnya lapisan tanah juga melemahkan tanah dan bahan material
fondasi dibawah kerangka bangunan serta bisa menyebabkan perubahan yang
dramatis dalam susunan tanah halus dan tanah jenis berbutir/pasir selama
terjadinya gempa, tanah jenuh yang berpasir menjadi seperti cairan lumpur.
Proses nya disebut pencairan. Proses pencairan menyebabkan kerusakan pada
material fondasi tanah dan kerangka bangunan menjadi lemah.
c.
Banjir
Gempa
bumi juga bisa menyebabkan air dalam sebuah waduk atau danau mengalir k
berbagai arah atau tumpah kembali dan keluar. Air yanga mengalir dalam jumlah
besar tersebut akan memenuhi sungai-sungai dibawahnya akibat rusaknya danau
atau jebolnya waduk akibat gempa..
d.
Kebakaran
Akibat
gempa yang lain adalah kebakaran. Bencana susulan ini biasanya terjadi didaerah
pemukiman padat penduduk maupun gedung bertingkat, hal itu disebabkan oleh
bahan bangunan gedung, bahan material apartemen maupun permukiman padat
penduduk yang digunakan. Jika bahan tersebut sangat rentan terhadap api,
kebakaran bisa terjadi. Kebakaran bisa pula karena putusnya aliran listrik
tiba-tiba sehingga terjadi percikan api atau meledaknya tabung gas dan pipa gas
karena bocor setelah terjadinya gempa.
e.
Polusi udara
Kebakaran
karena rusaknya installasi bangunan mengakibatkan tercemarnya udara karena
meningkatnya gas karbondioksida CO2
f.
Perubahan struktur tanah dan batuan
Dengan
adanya getaran serta gerakan yang disebabkan oleh tenaga endogen maka struktur
tanah akan berubah dan mengalami kerusakan
g.
Krisis air bersih
Getaran
dan goncangan besar karena gempa mengakibatkan aliran-aliran sungai bawah tanah
terputus, jaringan pipa dan saluran bawah tanah rusak.
h.
Tsunami
Selain
itu gempa bumi juga dapat mengakibatkan tsunami. Gelombang tsunami disebabkan
oleh adanya gempa bumi tektonik yang dahsyat di dasar laut atau hiposentrumnya
dibawah dasar laut. Gempa tersebut terjadi karena adanya gesekan lempeng
litosfer.
i.
Degradasi lahan dan kerusakan
bentang lahan
Rusaknya struktur tanah dan terkikisnya lapisan tanah
yang disebabkan oleh gempa dan tsunami akan
berdampak bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Degradasi lahan akan mengakibatkan
penurunan produktivitas, migrasi, ketidakamanan pangan, bahaya bagi sumberdaya
dan ekosistem dasar, serta kehilangan biodiversitas melalui perubahan habitat
baik pada tingkat spesies maupun genetika. Selain itu degradasi lahan akan
berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang bergantung pada lahan
sebagai sumber penghidupannya berupa meningkatnya angka kemiskinan.
j.
Hilangnya makhluk hidup dan munculnya
penyakit
Bencana gempa dan tsunami menghilangkan
nyawa manusia tumbuhan dan hewan akibat tertimpa runtuhan serta tersapu oleh
gelombang air yang besar. Beberapa jenis keanekaragaman hayati terancam akan
menyebabkan perubahan pada komposisi dan penyebaran geografis ekosistem. Setiap
individu harus beradaptasi pada perubahan yang terjadi, sedangkan habitatnya
akan terdegradasi. Spesis yang tidak dapat beradaptasi akan terancam punah.
Pada wilayah pantai rusaknya ekosistem pantai seperti terumbu karang, serta
hutan bakau bahkan usaha tambak nelayan dan pemukiman. Rusaknya lahan pertanian
akan menyebabkan kerawanan pangan, kemiskinan dan penyakit.
Timbulnya
penyakit adalah hal yang paling di khawatirkan, terutama di negara berkembang
dan negara miskin. Hal itu disebabkan karena tidak memadainya air, sanitasi dan
fasilitas kesehatan. Dengan demikian, penyakit dan infeksi akan mudah
berkembang dan menyebar.
2.2.1.1 Dampak Gempa
Dampak
Positif & Negatif Gempa Bumi
a. Dampak positif
· Menciptakan
alat-alat tekhnologi pendeteksi gempa.
· Menjadikan
kita peduli pada sesama.
· Meningkatkan
kewaspadaan manusia.
· Menjadi
tempat pariwisata.
· Menjadi
sumber berita.
· Mengurangi
kepadatan penduduk.
b. Dampak negative
· Membuat
banyak orang meninggal.
· Merusak
fasilitas umum.
· Wilayah
menjadi rusak.
· Banyaknya
pengangguran karena kantornya hancur.
· Berkurangnya sumber daya alam dan sumber
daya manusia.
· Jaringan
transportasi dah komunikasi terganggu.
2.2.1.2 Penanggulangan Gempa
Jika berada di dalam gedung, maka bersikap tenang dan
tidak panik. Segera berlindung di bawah meja yang kuat atau tempat-tempat yang
aman, jauh dari lemari tinggi, cermin, dan jendela kaca. Tunggulah sampai
getaran berhenti. Berlari keluar bangunan sebelum getaran berhenti malah
membahayakan keselamatan jiwa. Jika sedang berada di dapur, harus berpikir dan
bertindak cepat. Segera matikan kompor dan cepat berlindung di kolong meja
ataupun berdiri di antara bingkai pintu yang kuat.
Jika berada di luar, berlindunglah di tempat terbuka yang
cukup datar. Menjauhlah dari tempat yang berdekatan dengan dinding batubata
yang tinggi, gedung yang tinggi, tiang/kabel listrik, serta pohon-pohon yang
tinggi. Hindari berlindung di bawah jembatan.
Jika sedang mengemudikan mobil, segera hentikan di pinggir jalan yang jauh dari jembatan penyeberangan, kabel-kabel listrik, dan gedung tinggi. Tetap tinggal di dalam mobil hingga gempa berhenti.
Jika sedang mengemudikan mobil, segera hentikan di pinggir jalan yang jauh dari jembatan penyeberangan, kabel-kabel listrik, dan gedung tinggi. Tetap tinggal di dalam mobil hingga gempa berhenti.
Jika sedang berada di dalam gedung bertingkat, tetap
berada di lantai tersebut dan berlindung di bawah meja atau tempat-tempat yang
aman, jauh dari lemari-lemari tinggi, cermin, jendela kaca hingga getaran
berhenti. Setelah itu turun dengan memakai tangga darurat. Hindari menggunakan
lift. Tidak panik ketika listrik mati dan/atau alarm kebakaran berbunyi.
Jika sedang berada di dalam ruangan yang ramai, tidak
terburu-buru lari ke pintu keluar karena setiap orang mungkin juga ingin segera
keluar, sehingga terjadi desak-desakan yang akan lebih berbahaya. Ajaklah
orang-orang di sekitar untuk bersikap tenang. Lakukan seperti apa yang telah
dijelaskan untuk keadaan bila sedang berada di dalam bangunan.
Cuaca buruk berupa hujan deras, angin kencang dan
gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air
akhir-akhir ini harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di atmosfir kita akhir-akhir
ini disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut
perairan Indonesia, disamping faktor yang masih berlangsung hingga saat ini.
1. Angin Topan
Angin Topan adalah pusaran angin
kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di
wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah
yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh
perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi
di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di
sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
2. Angin Puting Beliung
Angin puting beliung adalah angin yang
berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus
dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting beliung
adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera disebut “Angin Bohorok” dan masih ada
sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu “Tornado” mempunyai
kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting beliung
sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba. Angin ini
dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda
yang terlewati terangkat dan terlempar.
Ciri-ciri datangya angin puting beliung
adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih menjulang tinggi
seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang disertai
hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke
kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan
terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk
seperti kerucut turun menuju tanah (bumi).
Adapun tanda-tanda akan adanya angin puting beliung
adalah :
1. Biasanya kalau ada suhu udara sangat
panas terutama satu hari sebelumnya udara panas pada malam hari ini patut di
waspadai karena kalau tidak hujan ada angin kencang.
2. Pada pagi hari sekitar sebelum pukul 12
terlihat tumbuh awan yang berlapis-lapis dan diantara awan tersebut ada satu
jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang
tinggi. Apalagi kalau angin tersebut sangat hitam kelabu maka biasanya hujan
dan anginpun tiba.
3. Awan yang berlapis tersebut proses
berikutnya adalah awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam sangat
gelap, seperti penjelasan poin 2.
4. Di sekitar rumah anda banyak pohon coba
amati dan perhatikan pepohonan tersebut, apakah ada dahan atau ranting yang
sudah bergoyang sangat cepat. Biasanya tidak akan lama lagi hujan dan angin
kencang pun akan tiba.
5. Selanjutnya udara dingin terasa
disekitar kita ketika langit gelap gulita mendung berwarna hitam gelap dan
pepohonan sudah menampakkan bergoyang.
6. Biasanya hujan yang pertama kali turun
adalah hujan tiba-tiba dengan sangat deras, kalau hujan gerimis maka angin
kencang masih jauh dari linkungan kita.
7. Adanya sambaran petir yang cukup keras
meski tidak hujan, apabila kejadian tersebut dirasakan oleh kita maka tidak
menutup kemungkinan hujan lebat dan petir serta angin kencang akan terjadi.
8. Adanya hujan sangat lama hingga
berhari-hari maka bisa menimbulkan angin puting beliung, jangankan hanya hujan
1 jam saja angin sudah kencang.
2.2.2.1 Dampak yang ditimbulkan
Angin Kencanag
Setiap bencana alam selalu membawa dampak dan
menimbulkan kerugian bagi manyarakat, berupa korban jiwa, dan material.
Kerusakan yang dilimbulkan oleh angin kencang diantaranya:
1. Menyebebkan kerusakan atau kehancuran
bangunan
2. Merusak jaringan listrik
3. Mengangkat dan memindahkan benda-benda
yang tidak stabil
4. Membahayakan keselamatan
5. Mengakibatkan banjir
2.2.2.2 Upaya Penanggulangan
Angin Kencang
a. Sebelum
Datangnya Angin
·
Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut
prakiraan terkini cuaca setempat
·
Waspadalah terhadap perubahan cuaca
·
Waspadalah terhadap angin topan yang mendekat.
·
Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut:
·
Langit gelap, sering berwarna kehijauan.
·
Hujan es dengan butiran besar
·
Awan rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar
·
Suara keras seperti bunyi kereta api cepat
·
Bersiaplah untuk ke tempat perlindungan ( bunker ) bila ada
angin topan mendekat
b. Saat
Datangnya Angin
·
Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan (bunker)
·
Jika anda berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran,
sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, maka
yang anda harus lakukan adalah segera menuju ke ruangan yang telah dipersiapkan
untuk menghadapi keadaan tersebut seperti sebuah ruangan yang dianggap paling
aman, basement, ruangan anti badai, atau di tingkat lantai yang paling bawah.
Bila tidak terdapat basement, segeralah ke tengah tengah ruangan pada lantai
terbawah, jauhilah sudut sudut ruangan, jendela, pintu, dan dinding terluar
bangunan. Semakin banyak sekat dinding antara diri anda dengan dinding terluar
gedung semakin aman. Berlindunglah di bawah meja gunakan lengan anda untuk
melindungi kepala dan leher anda. Jangan pernah membuka jendela.
·
Jika anda berada di dalam kendaraan bermobil, segeralah hentikan dan
tinggalkan kendaraan anda serta carilah tempat perlindungan yang terdekat
seperti yang telah disebutkan di atas.
·
Jika anda berada di luar ruangan dan jauh dari tempat perlindungan, maka
yang anda harus lakukan adalah sebagai berikut:
·
Tiaraplah pada tempat yang serendah mungkin, saluran air terdekat atau
sejenisnya sambil tetap melindungi kepala dan leher dengan menggunakan lengan
anda
·
Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, atau sejenisnya. Anda
akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah
·
Jangan pernah melarikan diri dari angin puting beliung dengan menggunakan
kendaraan bermobil bila di daerah yang berpenduduk padat atau yang bangunannya
banyak. Segera tinggalkan kendaraan anda untuk mencari tempat perlindungan
terdekat.
·
Hati hati terhadap benda benda yang diterbangkan angin puting beliung. Hal
ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius.
2.2.3 Epidemiologi Kekeringan (Drought)
Kekeringan adalah
hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air baik untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kekeringan Alamiah
1. Kekeringan Meteorologis berkaitan dengan
tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim.
2. Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan
kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
3. Kekeringan Pertanian berhubungan dengan
kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas.
4. Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan dengan
kondisi dimana pasokan komoditi ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat
kekeringan meteorologi, hidrologi, dan pertanian.
Kekeringan Antropogenik, adalah Kekeringan yang disebabkan karena
ketidak-patuhan pada aturan, ini terjadi karena :
1. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan
yang direncanakan akibat ketidak-patuhan pengguna terhadap pola tanam/pola
penggunaan air.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber-sumber
air akibat perbuatan manusia.
2.2.3.1 Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan
Bencana kekeringan
1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang
pengaturan sistem pengiriman data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data.
2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala
prioritas penggunaan air dengan memperhatikan historical right dan azas
keadilan.
3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan
pada tingkat pusat dan daerah.
4. Penyediaan anggaran khusus untuk
pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
kekeringan.
5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan
iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan
6. Memberikan sistem reward dan punishment
bagi masyarakat yang melakukan upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya
air dan hutan/lahan.
2.2.4 Epidemiologi Banjir
Banjir adalah bencana akibat curah hujan
yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai
sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang
ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang
ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir.
2.2.4.1 Penyebab Terjadinya Banjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai
berikut :
2.2.4.2 Dampak
Dari Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
berupa:
e) Timbulnya
penyakit-penyakit
2.2.4.3 Cara Mengantisipasi
Banjir
Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan,
diantaranya adalah :
a) membersihkan saluran air dari
sampah yang dapat menyumbat aliran air sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
b) mengeruk sungai-sungai dari
endapan-endapan untuk menambah daya tampung air.
c) membangun rute-rute drainase
alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-sistem pipa) sehingga dapat
mencegah beban yang berlebihan terhadap sungai.
d) tidak
mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah lokasi penyerapan
air.
e) tidak menebangi pohon-pohon di
hutan, karena hutan yang gundul akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi
hujan lebat secara terus menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh
tanah bahkan akan menggerus tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah
longsor.
f) membuat tembok-tembok penahan dan
tanggul-tanggul di sepanjang sungai, tembok-tembok laut di sepanjang
pantai-pantai dapat menjaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam
daratan.
2.2.4.4 Upaya Penanggulangan Banjir
a) membersihkan saluran air dari sampah yang dapat
menyumbat aliran air sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
b) mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk
menambah daya tampung air.
c) membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal
sungai baru, sistem-sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan
terhadap sungai.
d) tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang
menjadi daerah lokasi penyerapan air.
e) tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang
gundul akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus
menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan
menggerus tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
f) membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di
sepanjang sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga
tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.
2.2.5 Epidemiologi Letusan Gunung (Vulcanic Eruption)
Gunung
meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam bumi
seperti
debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma,
dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehinggi
korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
2.2.5.1 Dampak Letusan Gunung
Meletus
Dampak Positif Bagi Bisnis dan Perekonomian
Ø
Menambah
kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi banyak pepohonan dan
dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapa tahun kedepan.
Ø
Dapat dijadikan
objek wisata bagi wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara setelah Gunung
Merapi meletus.
Ø
Hasil erupsi
(pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan pasir dan karya
seni dari endapan lava yang telah dingin.
Ø
Aktifitas
gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari.
Ø
Sisa-sisa
aktivitas Gunung Merapi dapat menghasikan bahan-bahan tambang yang berguna dan
bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
Ø
Membangkitkan
industry semen dan industry yang berkaitan dengan insfrastuktur bisa bangkit,
termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli untuk memulihkan infrastruktur dan
sector lainnya di kawasan terkena musibah.
Ø
Terjadinya
disribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para dermawan.
Dampak Negatif Bagi Bisnis dan Perekonomian
Ø
Merusak
pemukiman warga sekitar bencana
Ø
Menyababkan
kebakaran hutan (Bencana Merapi)
Ø
Pepohonan dan
tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati akibat debu vulkanik,
begitu juga dengan ternak warga banyak yang mati akibat letusan Gunung Merapi
Ø
Menyebabkan
gagal panen
Ø
Matinya
infrastruktur
Ø
Terhentinya
aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
Ø
Pemerintah
harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk memperbaiki infrastruktur
yang telah rusak akibat bencana
Ø
Terhentinya
industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi Borobudur (Bencana
Merapi)
Ø
Bandar udara
tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena debu
vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin
pesawat mati
Ø
Mengganggu
hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
2.2.5.2 Upaya Penanggulangan Gunung Meletus
Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi
Letusan Gunung
Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung antara lain
adalah :
Ø
Mengenali
tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya
Ø
Membuat peta
ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
Ø
Membuat sistem
peringatan dini
Ø
Mengembangkan
Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api
Ø
Mencermati dan
memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang
Ø
Membuat
perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang
sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan
pertama) jika diperlukan
Ø
Mempersiapkan
kebutuhan dasar dan dokumen penting
Ø
Memantau
informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api
biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio
komunikasi
Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan
Gunung
Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan
adalah :
Ø
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai
kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu
letusan
Ø
Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
Ø
Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa
melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
Ø
Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata
renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan
memakai lensa kontak
Ø
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
Ø
Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan.
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Bencana alam (natural disaster) mulai dari
banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan angin puting beliung letusan gunung
berapi merupakan ancaman nyata terhadap kesehatan masyarakat. Dalam
mengidentifikasi suatu masalah bencana alam, maka mutlak tersedia data
menyangkut luas daerah dan jumlah penduduk yang memiliki risiko
terpapar bencana alam. Sehigga salah satu disiplin ilmu yang memiliki
banyak peran dalam penanggulangan bencana adalah epidemiologi. Sejak saat
itu, studi-studi epidemiologi mengenai bencana alam (disaster epidemiology)
mulai berkembang di Indonesia. sementara di Jepang dan Amerika Serikat yang
juga kerap dilanda bencana alam, pendekatan sains dalam mengatasi bencana sudah
lama berlangsung. Wilayah perhatian epidemiologi bencana adalah invesitigasi
wabah, pemetaan masalah kesehatan, dan pencarian solusi untuk peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat di daerah bencana serta para pengungsi.
2.2 Saran
Dengan
adanya kejadian bencana alam, menyadarkan kita akan pentingnya menjaga bumi
dari segala ancaman bencana alam, non alam, maupun sosial. Dan lebih peka
terhadap kejadian yang sedang, belum, dan akan terjadi. Dan diharapkan lebih
menjaga bumi kita agar anak cucu kita di masa depan dapat hidup lebih
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
v Penanggulangan Bencana Letusan Gunungapi Berbasis
Masyarakat: Panduan Bagi Masyarakat di Sekitar G. Seulawah Agam, Kabupaten Aceh
Besar, Provinsi Aceh. (2010) oleh Juniawan Priyono (TDMRC Unsyiah), Sunardi
(BPBD Aceh Besar), Fahmi Rahmatna (WVI)
v
http://bnpb.go.id/website
BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA Di buat: 2 March, 2010, 12:17
v
http://xblog46.blogspot.com/2012/11/pengertian-penyebab-dan-proses-terjadinya.html, September 2013
v
belajar.kemdiknas.go.id/index3.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20Online/SMP/view&id=132&uniq=1060
v Badan Nasional
Penanggulangan Bencana